Hukum Weton Pernikahan dalam Islam | Busrolana.com
Busrolana.com - Weton adalah hitung-hitungan hari pernikahan untuk menentukan apakah calon pasangan suami istri cocok atau tidak. Jika cocok, maka cocoknya di hari apa, dan jika tidak cocok, maka tidak jadi menikah, karena jika diteruskan, maka salah satu di antara 2 keluarga itu ada yang mengalah (meninggal dunia).
Percaya bahwa weton pernikahan bisa mendatangkan manfaat dan mudorot hukumnya haram dan termasuk kesyirikan, karena yang bisa mendatangkan manfaat dan mudorot hanya Allah saja, Adapun makhluknya, maka tidak bisa mendatangkan manfaat dan mudorot.
Allah berfirman :
قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي
نَفْعًا وَلَا ضَرًّا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۚ وَلَوْ كُنْتُ أَعْلَمُ
الْغَيْبَ لَاسْتَكْثَرْتُ مِنَ الْخَيْرِ وَمَا مَسَّنِيَ السُّوءُ ۚ إِنْ أَنَا
إِلَّا نَذِيرٌ وَبَشِيرٌ لِقَوْمٍ يُؤْمِنُونَ
Katakanlah
: "Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan bagi diriku dan tidak (pula)
menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekiranya aku
mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat kebajikan sebanyak-banyaknya dan
aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain hanyalah pemberi
peringatan, dan pembawa berita gembira bagi orang-orang yang beriman.” (QS.
Al-A’raf : 188).
Syekh Sulaiman At-Tamimi
rohimahullah berkata di dalam kitabnya Fathul Majid Syarah Kitab At-Tauhid :
فكفى بهذه الآيات برهانا على بطلان
دعوة غير الله كائنا من كان. فإن كان نبيا أو صالحا فقد شرفه الله تعالى بإخلاص
العبادة له، والرضاء به ربا ومعبودا، فكيف يجوز أن يجعل العابد معبودا مع توجيه
الخطاب إليه بالنهي عن هذا الشرك
Cukuplah
dengan ayat ini sebagai bukti bahwa batalnya seruan selain Allah, siapapun dia.
Jika dia seorang Nabi atau orang yang sholeh, maka llah telah memuliakannya
dengan keikhlasan ibadahnya dan ridho dengan Tuhan yang dia sembah. Maka
bagaimana mungkin orang yang menyembah dijadikan orang yang disembah (tuhan) padahal
dia memberikan instruksi dengan melarang berbuat kesyirikan. (Fathul Majid Syarah
Kitab At-Tauhid, jilid 1 halaman 182).
Oleh sebab itu, bahwa tidak satu
makhluk pun di dunia ini yang bisa mendatangkan manfaat dan mudorot kecuali
Allah saja. Karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Di samping itu, menganggap
sial sesuatu juga tidak diperbolehkan di dalam Islam. Di dalam Islam,
menganggap sial sesuatu disebut dengan istilah Thiyaroh.
Apa itu Thiyaroh? Thiyaroh
adalah beranggapan sial pada sesuatu ketika tertimpa musibah.
Salah satu contohnya
beranggapan sial dan bahkan percaya bahwa jika hitung-hitungan (weton) tidak
cocok, maka slah satu di antara 2 keluarga harus mengalah, artinya pernikahan
tidak bisa dilanjutkan, karena salah satu di antara 2 keluarga nanti ada yang
meninggal.
Beranggapan sial karena
sesuatu seperti ini disebut thiyaroh dan thiyaroh termasuk kesyirikan di dalam
Islam.
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud
rodhiyallahu ‘anhu berkata, Rasulullah shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda :
الطِّيَرَةُ شِرْكٌ، الطِّيَرَةُ
شِرْكٌ، ثَلَاثًا، وَمَا مِنَّا إِلَّا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُذْهِبُهُ بِالتَّوَكُّلِ
Beranggapan
sial adalah kesyirikan, beranggapan sial adalah kesyirikan. Beliau menyebutnya
sampai tiga kali. Kemudian Ibnu Mas’ud berkata : “Tidak ada yang bisa
menghilangkan sangkaan jelek dalam hatinya. Namun Allah-lah yang menghilangkan
anggapan sial tersebut dengan tawakkal.” (HR. Abu Dawud, hadist no. 3910).
Maka sekali lagi, hendaklah
dia meninggalkan kepercayaan ini. Percaya kepada weton pernikahan hukumnya
haram dan termasuk kesyirikan, karena percaya bahwa makhluk Allah bisa
mendatangkan manfaat dan mudorot. Padahal yang bisa mendatangkan manfaat dan mudorot
hanya Allah saja.
Jika dia sebelumnya percaya
kepada weton pernikahan, hendaklah dia bertobat kepada Allah, dan jika dia
bertobat, insyaAllah akan diampuni Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Allah berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ
أَسْرَفُوا عَلَىٰ أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ ۚ إِنَّ
اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا ۚ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ، وَأَنِيبُوا إِلَىٰ رَبِّكُمْ
وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا
تُنْصَرُونَ
Katakanlah
: “Hai hamba-hambaKu yang malampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Dan kembalilah kamu kepada Tuhanmu, dan berserah dirilah kepada-Nya sebelum
datang azab kepadamu kemudian kamu tidak dapat ditolong (lagi).” (QS. Az-Zumar
: 53-54).
Untuk itu, agar tidak
terjebak dalam kepercayaan seperti di atas, solusinya adalah belajar ilmu agama,
karena jika belajar ilmu agama, insyaAllah terhindar dari percaya kepada hal-hal
yang berbau syirik dan terhindar dari percaya kepada makhluk Allah yang bisa
mendatangkan manfaat dan mudorot. Ketauhilah dan yakinlah, bahwa yang bisa
mendatangkan manfaat dan mudorot hanya Allah saja, Adapun makhluknya tidak
bisa, karena semua yang ada di dunia ini adalah ciptaan Allah. Maka semuanya
tidak bisa mendatangkan manfaat dan mudorot, kecuali pencipta alam semesta ini,
yaitu Allah Tuhan sekalian alam.
Semoga bermanfaat.
Posting Komentar